Rumah Pintar PKS : Mari Datang, Duduk, Membaca dan Pintar


Pada awal Januari lalu, RKI PKS Pancoran melaunching Gerakan Kader Sumbang Buku. Alhamdulillah pada Maret ini sudah mulai terkumpul banyak buku dari para donator, dan kini sudah disalurkan ke beberapa Rumah Pintar PKS yang ada di setiap kelurahan.  Buku – buku sumbangan donatur tersebut kini sudah mulai menuai manfaat, sudah mulai ramai menjadi bahan bacaan anak – anak.

Rumah Pintar PKS ini didirikan dengan tujuan ingin memberikan pengetahuan kepada anak anak yang masih sekolah maupun yang telah putus sekolah terutama dari keluarga kurang mampu, agar tetap mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga, anak-anak tersebut memiliki bekal pengetahuan sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.

Gerakan Rumah Pintar dan Sumbang Buku merupakan suatu gerakan yang bisa dipelopori oleh siapa saja, bukan hanya PKS. Apalagi negara, tidak boleh absen dengan gerakan ini sedikitpun. Gerakan ini hadir karena keprihatinan atas betapa miskinnya bahan bacaan masyarakat, dan tidak meratanya distribusi buku, semakin mahalnya buku dan buku semakin jarang ditemui. Ini mengakibatkan terjadi kesenjangan pengetahuan di negeri ini sehingga apa yang disebut Taufiq Ismail sebagai "tragedi nol baca" harus segera kita akhiri. Di Rumah Pintar PKS Pancoran semua orang dapat membaca atau meminjamkan bahan bacaan tanpa ada skat perbedaan agama, suku, usia, dan  apa pun di dalamnya. 

Gerakan ini lahir juga sebagai kritik sosial atas pemerintah yang kurang memprioritaskan lahirnya generasi 'gila baca'. Anggaran untuk subsidi harga buku bacaan bermutu (selain buku ajar) harus benar-benar menjadi tanggung jawab pemerintah. Kalau kemiskinan buku ini dibiarkan maka ke depan kafakiran wawasan dan rawan ilmu pengetahuan akan mengancam bangsa ini. Kefakiran wawasan dan pengetahuan ini akan mengakibatkan merosotnya spiritualitas masyarakat sehingga menjadikan masyarakat tidak mampu membaca apa yang sedang terjadi di lingkungan dan di negerinya sendiri. Masyarakat akan menjadi penonton di negerinya sendiri.

Harapan besar dari mendirikan Rumah Pintar PKS ini adalah akan lahir Kampung Pintar di beberapa wilayah di Pancoran. Sehingga, anak-anak dari beragam wilayah yang ada di Pancoran tidak kesulitan untuk menggali pengetahun karena telah ada Rumah Pintar PKS yang menyediakan aneka buku bacaan. Hingga anak-anak memiliki ragam pilihan pengetahuan ketika ingin membaca buku.

Para peneliti di  Institut Pendidikan, Universitas London menyimpulkan bahwa penguasaan kosakata yang diperoleh melalui akvitas membaca itu membantu anak-anak menyerap informasi pada kurikulum sekolahnya. Temuan ini menunjukkan bahwa mereka yang sering membaca pada usia 10 tahun dan telah membaca buku serta surat kabar lebih dari sekali seminggu di usia 16 tahun lebih mampu menguasai kosa kata dibandingkan mereka yang kurang membaca.

Orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 6 jam per minggu untuk membaca buku; 7,7 jam per minggu untuk membuka internet;  19,7 jam per minggu untuk menonton televisi dan 5,8 jam per minggu untuk mendengarkan radio.  Masyarakat Indonesia belum menempatkan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Produksi buku di Indonesia juga masih sangat rendah. Setiap tahun Indonesia yang berpenduduk lebih dari 220 juta jiwa hanya memproduksi 10.000 judul buku dengan jumlah setiap judul mencapai 3.000 eksemplar atau tiga juta eksemplar per tahun itupun 55 persen adalah buku terjemahan. Sebagai perbandingan Malaysia yang berpenduduk 26 juta jiwa tiap tahun menghasilkan jumlah buku baru yang sama.

Pada tahun 2009 OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) menempatkan minat baca di Indonesia pada urutan terendah dari 52 negara di Asia Timur. Tahun 2011, berdasarkan survei UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) indeks baca masyarakat Indonesia hanya 0,001, yang berarti bahwa dari seribu orang, hanya satu yang masih memiliki minat baca. Tahun 2012 UNDP (The United Nations Development Programme) merilis angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5%. Rata-rata satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang. Angka itu didapat dari sebanyak 165,7 juta jiwa penduduk Indonesia, hanya memiliki terbitan buku 50 juta eksemplar per tahun. Dari 64.000 desa yang ada di Indonesia, ternyata yang mempunyai perpustakaan hanya 22%. Rendahnya minat baca diduga juga karena rendahnya kualitas perpustakaan dan daya beli masyarakat yang masih rendah.

Cicero, seorang orator dan negarawan Romawi Kuno mengatakan, "A room without book like body without soul." Artinya, orang yang tidak suka membaca buku mirip dengan mayat berjalan. Bagi Cicero, membaca buku tidak saja penting, tetapi juga menghidupkan. Bahasa gaulnya, membaca itu membuat hidup menjadi lebih hidup.

Gerakan Sumbang Buku dan Rumah Pintar sungguh sangat memikat kesadaran akan pentingnya gerak cepat demi kemajuan suatu wilayah, terutama bagi kemajuan generasi penerus di berbagai sudut tempat di Pancoran. Yang penting adalah rasa optimis bahwa kita bisa dengan bergerak bersama - sama. Ikhtiar kecil ini semoga bisa sedikit meringankan beban dan kerut bangsa ini. Bisa jadi persoalan penting mengapa bangsa ini sulit maju, adalah karena tidak dibangunnya pondasi gerakan gemar membaca bagi anak – anak bangsa ini secara serius. Bagi bangsa ini, gemar menabung saja tidak cukup untuk mengurai bobroknya negeri ini. Kita harus bersatu untuk perangi tragedi nol membaca, insyaAllah bangsa ini akan bisa lebih baik.

Bagi sahabat – sahabat  yang mau dan tertarik untuk turut membangun Rumah Pintar dengan menyumbang buku seberapa pun yang sahabat mau. Silahkan datang langsung ke Rumah Pintar PKS Pancoran atau hubungi twitter @pksdpcpancoran dan facebook fanpage kami https://id-id.facebook.com/bekerja.untuk.pancoran.